Pelancar ASI Menggunakan Instant Temulawak

instant curcuma with palm sugar

Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI), sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi. Air susu ibu atau di singkat ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia khususnya pada ibu – ibu yang telah memiliki bayi dan dikonsumsi oleh bayi yang dimana ASI merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon Prolaktin dan Oksitosin setelah kelahiran bayi.  Air susu ibu pertama yang keluar disebut dengan Kolostrum dimana banyak mengandung immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi untuk melawan penyakit.

Kolostrum adalah zat yang dikeluarkan oleh kelenjar susu ibu selama beberapa hari setelah persalinan. Setelah bayi lahir, ibu akan memiliki persediaan kolostrum selama 48 jam, setelah itu ibu akan mulai menghasilkan susu untuk bayinya.

Apa manfaat kolostrum bagi bayi baru lahir?

Cairan kental kolostrum mengandung protein tinggi dan rendah lemak. Pencernaan bayi yang baru lahir masih belum sempurna layaknya bayi yang telah berusia beberapa bulan. Manfaat kolostrum pada bayi yang baru lahir berguna untuk membersihkan sisa metabolisme bayi selama bayi masih berada dalam kandungan. Kolostrum pada ASI memberikan efek laksatif, sehingga bayi mengeluarkan meconium. Efek laksatif adalah makanan atau obat – obatan yang diminum untuk membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. Meconium adalah sisa hasil metabolime bayi selama didalam rahim yang dikeluarkan melalui anus bayi. Meconium bersifat hampir steril, karena pada saat dalam rahim bayi hanya mengkonsumsi air ketuban dan sari – sari makanan yang diperoleh dari ibunya. Proses pembersihan dengan mengkonsumsi ASI ber-kolostrum juga berguna untuk mengurangi kelebihan bilirubin yang biasanya menyebabkan bayi “Kuning” setelah dilahirkan. Kelebihan bilirubin terjadi karena belum sempurnanya mekanisme  pengaturan jumlah sel darah merah pada tubuh bayi.

Hormon Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary atau kelenjar Hipofisis bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki – laki dan perempuan. Prolaktin banyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena hormon ini penting untuk merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Pada wanita, hormon Prolaktin bekerja lebih dominan setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah merangsang kelenjar air susu pada payudara agar memproduksi ASI bagi bayi. Dengan adanya aktivitas menyusui dari bayi, maka hormon prolaktin akan ikut bekerja dengan sempurna.

Fungsi hormon Prolaktin yaitu:

  1. Berperan dalam pembesaran alveoli dalam kehamilan.
  2. Mempengaruhi inisiasi kelenjar susu dan mempertahankan laktasi.
  3. Menstimulasi sel didalam alveoli untuk memproduksi ASI.
  4. Mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin.

Oksitosin adalah hormon pada manusia yang dimana berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim atau uterus, sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran. Hormon Oksitosin juga berfungsi untuk mensekresikan susu dengan merangsang konstraksi duktus laktiferus kelenjar mammae (payudara) pada ibu menyusui, namun produksi susu diatur oleh hormon Prolaktin.

Upaya peningkatan penggunaan air susu ibu telah disepakati secara global, WHO dan UNICEF dengan Deklarasi Innocenti (September 1990) dan Konferensi Puncak untuk anak (September 1991) menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua wanita harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 4 – 6 bulan (menyusui secara eksklusif), memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) tepat pada waktunya dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. WHO mendefinisikan ASI eksklusif sebagai pemberian makan kepada bayi hanya dengan ASI saja, tanpa makanan atau cairan lain (termasuk susu formula). Pemberian ASI eksklusif memberikan banyak keuntungan karena biayanya yang murah, nutrisi lengkap bagi bayi, perlindungan terhadap infeksi, dapat mempererat hubungan antara ibu dan anak.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusui ekslusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Kendala ibu dalam menyusui ada dua faktor, yaitu faktor internal kurangnya pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, manfaat pemberian ASI pada bayi dan faktor eksternal ASI belum keluar pada hari – hari pertama, sehingga ibu berfikir beralih kepada susu formula.

Apakah anda mengenal temulawak? Tahukah anda bahwa temulawak sebagai pelancar ASI? Ayo segera simak penjelasan mengenai temulawak.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)

Menurut Purgeslove et al. (1981), klasifikasi tumbuhan temulawak ialah berasal dari

Divisi: Spermatophyta

Subdivisi: Angiospermae

Kelas: Monocotyledonae

Ordo: Zingiberales

Keluarga: Zingiberaceae

Genus: Curcuma

Spesies: Curcuma xanthorrhiza Roxb

Tanaman ini merupakan tanaman monokotil yang tidak memiliki akar tunggal, melainkan rimpang (rhizoma), 6 berbatang semu dengan tinggi kurang dari 2 m, berwarna hijau atau cokelat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Karena penyebarannya yang cukup luas dibeberapa daerah, tanaman ini mempunyai nama tersendiri, masyarakat Jawa Barat menyebutnya tanaman ini “koneng gede” dan di Sumatera disebut “tetemulawak” (Affifah 2003). Masyarakat memanfaatkan tanaman rempah ini dalam pemeliharaan, peningkatan derajat kesehatan, pengobatan penyakit, maupun dalam industri obat tradisional dan kosmetik (Hernani 2001). Selain itu, tanaman temulawak ini bermanfaat sebagai antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, pencegah kanker, antitumor dan menurunkan kadar lemak di dalam darah (Sudewo 2004). Rimpang temulawak memiliki kemampuan aktivitas kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu (Hendrawati 1999). Antiinflamasi ekstrak temulawak dengan dosis 3 g/kg bobot badan menunjukkan aktivitas penghambatan pembengkakan yang disebabkan oleh induksi karagenan (Ozaki 1988). Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa dan mineral. Diantara komponen yang dikandung oleh temulawak yang paling banyak kandungannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri (Husein 2008). Minyak atsiri dalam temulawak mengandung phelendren, kamfer, borneol,

Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Di antara komponen yang dikandung oleh temulawak, yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri (Husein 2008). Minyak atsiri dalam temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, turmerol, turunan lisabolen, bisakuron A, bisakuron B, turmeron, germakron, seskuiterpen, dan sineal. Kandungan 7 kurkumin dalam rimpang temulawak sekitar 1,6%-2,22% (Sidik dan Muhtadi 2004). Kandungan utama dalam minyak atsiri temulawak adalah xanthorriza 21%, germaken, isofuranogermaken, trisiklin, dan alfa-aromadenren. Xanthorriza merupakan komponen volatile yang merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam minyak atsiri temulawak (Nur 2006). Curcumin dan xanthorrhizol adalah komponen minyak atsiri khas temulawak (Sidik dan Muhtadi 1997).

Mengapa temulawak sebagai pelancar ASI? zat apa yang menyebabkan keluarnya ASI?

Salah satu zat aktif yang terkandung didalam temulawak adalah minyak atsiri. Minyak atsiri banyak sekali mengandung manfaat antara lain berpotensi sebagai senyawa antioksidan, antihepatotoksik, meningkatkan sekresi empedu, antihipertensi, melarutkan kolesterol, merangsang air susu (laktogoga), tonik bagi ibu setelah melahirkan dan antibakteri (Agusta dan Chairul 1994, Suksamrarn et al. 1994).  Peningkatan produksi susu didukung oleh asupan makanan yang baik. Diduga temulawak mempengaruhi nafsu makan induknya dan meningkatkan aktivitas pencernaan sehingga efisiensi pencernaan lebih baik. Pertumbuhan periode menyusu antara lain dipengaruhi oleh faktor genotip, bobot lahir, jenis kelamin, litter size dan produksi susu induk (Setiadi 1989).  Minyak atsiri yang terkandung dalam temulawak bersifat antioksidan dan alami yang dapat menjaga dan memelihara membran sel mikroba dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan sifat tersebut memungkinkan sel mikroba menjadi lebih aktif dalam mencerna ransum. Menurut Wahjoedi et al. (1985), temulawak mengandung kamfor pada jumlah relatif sedikit yang dimana dapat menyebabkan perasaan nyaman pada organ pencernaan dan menyebabkan rasa enak makan. Kandungan zat kimia dalam temulawak dapat merangsang fungsi pergerakan pada dinding lambung dan usus yang berperan sebagai digestivum. Hal ini memungkinkan kapasitas pencernaan menampung pakan lebih baik (salim 1985). Pemberian tepung temulawak berpengaruh besar pada organ pankreas, diantaranya dapat mempengaruhi dan merangsang sekresi dan berfungsi sebagai penambah nafsu makan, mempengaruhi kontraksi dan tonus otot halus, bersifat bakterisida dan bakteriostatik, membantu kerja sistem hormonal, metabolisme dan fisiologi organ tubuh (Widodo 2002). Bioaktif temulawak berfungsi menyerupai hormon prolaktin yang memelihara proses laktasi dan oksitosin yang merangsang keluarnya air susu (milk let down ) (Sulistyowati dan Erwanto 2009). Zat bioaktif (kurkuminoid dan minyak atsiri yang terkandung dalam temulawak (Liang et al. 1985) yang berfungsi semacam hormon oxytocin dan prolactin (Pidada, 1999), bekerja dalam mengefisienkan proses biosintesis nutrisi menjadi prekursor susu (Larson, 1985).

ASI anda TIDAK LANCAR? Khawatir tidak dapat menyusui karena ASI tidak keluar?Repot minum temulawak? TAKUT tangan menjadi kuning???? Takut minum temulawak karena rasanya tidak enak?. Kini hadir INSTANT TEMULAWAK  WITH PALM SUGAR NAPHYCO, rasanya enak dan manis dengan sensasi palm sugar, TIDAK PAKAI REPOT :

  1. Sobek sachet
  2. Tuangkan ke gelas
  3. Seduh dengan air panas
  4. Aduk
  5. Sajikan

Lebih nikmat dengan es batu, dingin dan segar. Tersedia juga yang NO SUGAR. 

Dapat hubungi kami di (klik)

(WhatsApp)

(Website)

www.naphyco.com

(Instagram)

Kedatonhouse

naphycoindonesia

(Email)

naphycoindonesia@gmail.com

 

 

Daftar Pustaka

Agusta A, Chairul S. 1994. Analisa komponen kimia minyak atsiri dari rimpang temulawak (Curcyma xanthorriza Roxb). Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami VIII, hlm 643-647.

Afiffah E. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, imunitas, dan kaitannya dengan penyakit infeksi. J Kes Mas I (2): 90-92.

Hendrawati A. 1999. Penurunan kadar kolesterol daging dengan penambahan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam ransum. tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Hernani. 2001. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) Tumbuhan Obat Indonesia. Penggunaan dan Khasiatnya. Pustaka Popular Obor, Jakarta.p. 130-132.

Husein S. 2008. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Terhadap Kerusakan Sel Bakteri Patogen. Skripsi PS Teknologi Pangan. Universitas Pelita Harapan, Karawaci.

Larson, B. L. 1985. Lactation. Iowa University Press. Ames.IA.

Liang, O.P., Y. Asparton, T. Widjaja, S. Puspa. 1985. Beberapa Aspek Isolasi, Identifikasi dan Penggunaan Komponen-komponen Curcuma xanthorrhiza ROXB dan Curcuma domestica VAL. Prosiding Seminar Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian UNPAD. Bandung.

Nur SW. 2006. Perbandingan Sistem Ekstraksi dan Validasi Penentuan Xanthorrizol dari Temulawak Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Ozaki Y, Oei BL. 1988. Cholagogic action the essential oil obtained from curcuma xanthorriza Roxb. Shoyaku zasshi. 24: 257-263.

Pidada, I. B. R, 1999. Pengaruh Pemberian Oksitosin, Daun Katu dan Daun Lampes terhadap Sekresi Susu dan Gambaran Histologi Kelenjar Ambing pada Mencit. Berkala Penelitian Hayati #1-10.

Salim R. 1985. Khasiat rimpang temu putih (Curcuma Zedoria Berg Roscoe). Prosiding Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung. Hlm 120-126.

Setiadi B. 1989. Beberapa faktor yang mempengaruhi bobot badan anak periode pra-sapih pada kondisi pedesaan. Dalam: A. Djajanegara, M. Rangkuti, S.B Siregar, Suhardono, W.K. Sejati (Ed.). Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Pusat Penelitian dan pengembangan peternakan, Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Suksamrarn A, Eiamong S, Piyachaturawat P, Charoenpiboonsin J. 1994. Phenolic diarylheptanoids from Curcuma xanthorriza. Phytochemistry. 36(6): 1505-1508.

Sidik MW, Muhtadi A. 1997. Temulawak, Curcuma xanthorriza (Roxb). Yayasan Pengembangan Obat Alam. Hlm 102-105

Sudewo B. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sulistyowati E, Erwanto. 2009. Produksi susu perah PFH laktasi yang disuplementasi dengan beberapa level blok tabut. J Indon Trop Anim Agric. 34(2): 84-85.

Wahjoedi B, Dzulkarnaen B, Nurendah P, Nurratmi B. 1985. Efek diuretic rebusan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) pada tikus putih. Prosiding Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung. Hlm 109-112.

Widodo W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

4 Comments

  1. I’m so happy to read this. This is the kind of manual that needs to be given and not the random misinformation that is at the other blogs. Appreciate your sharing this greatest doc.

  2. Thanks for your publication on this blog site. From my own personal experience, periodically softening up a photograph may provide the photographer with a little bit of an artistic flare. More often than not however, that soft clouds isn’t what exactly you had at heart and can frequently spoil an otherwise good snapshot, especially if you consider enlarging it.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp Order Produk Naphyco